Langsung ke konten utama

BAGAIMANA SEHARUSNYA SEORANG MANAJER MENGHARGAI KARYAWAN?

WE ARE ONE. Itulah tema konser musik dalam suasana pelantikan Barack Hussein Obama sebagai presiden baru Amerika Serikat yang ke-44 kemarin di kota Washington D.C. Moto dari tema konser itu bisa kita pinjam untuk menggambarkan bahwa manajer dan karyawan di suatu organisasi atau perusahaan pada dasarnya adalah satu kesatuan. Yang membedakannya hanya pada status otoritas dan tentunya kepribadiannya. Manajer sebagai pimpinan yang mengkoordinasi karyawan, sementara karyawan yang menjalankan petunjuk atau arahan dari manajer. Namun secara normatif mereka merupakan sumberdaya manusia yang seharusnya mampu bekerja bersama secara sinergis dalam meningkatkan kinerja organisasi. Mereka saling membutuhkan dan saling berkepentingan baik untuk individu maupun untuk organisasi. Dengan kata lain diperlukan saling menghargai (respek) satu sama lainnya. Sering juga disebut sebagai timbal balik. Bagaimana dalam prakteknya? Ternyata tidak selalu demikian. Tidak jarang berat sebelah. Bisa jadi ada manajer merasa menjadi seseorang yang sangat dibutuhkan. Dengan bangga dia mengatakan dirinyalah yang menentukan efektifitas mesin dan roda organisasi. Manajer mengganggap nasib para karyawan ada di tangannya. Karena itu wajar-wajar saja, karyawan harus respek pada dia.

Beberapa bentuk kurangnya perhatian manajer dalam memberi respek pada karyawan dapat berupa,

* Pertama; kurang menghargai kemampuan, privacy, dan kehidupan pribadi karyawannya. Jarang sekali menunjukkan ekspresi kekaguman akan kepribadian dan pretasi karyawannya.
* Kedua; manajer bertindak dan menganggap karyawan sebagai anak kecil dan belum dewasa. Setiap arahannya terlalu detil dan padat dengan supervisi yang berlebihan.
* Ketiga; manajer kurang sekali memberi otonomi dalam pengambilan keputusan yang dilakukan karyawannya. Sementara kalau karyawan melakukan inisiatif dan kreatifitas, manajer segan menghargainya. Manajer menganggap seolah yang dilakukan karyawan tersebut memang sudah semestinya seperti itu. Padahal dalam teori motivasi apapun setiap individu menempatkan penghargaan sebagai salah satu kebutuhan psikologisnya berupa harga diri dan aktualisasi diri.
* Keempat; manajer enggan untuk memaafkan karyawan yang berbuat salah. Manajer memberi teguran keras tetapi tidak diikuti dengan memberi tahu apa dan dimana letak kesalahan karyawannya.

Perilaku manajer yang enggan memberi respek pada karyawannya dalam jangka pendek bisa jadi tidak begitu nyata mempengaruhi kinerja karyawannya. Namun dalam jangka panjang kondisinya bisa lain. Kurangnya respek dapat meningkatkan volume rasa kesal, kecewa, dan antipati karyawan terhadap manajernya. Secara akumulasi kondisi seperti itu akan memengaruhi suasana kerja dan pada gilirannya akan menurunkan kinerja karyawan. Akankah suasana kerja seperti itu dibiarkan? Kalau harus dihentikan, apakah manajer siap untuk mau merubah perilakunya, khususnya tentang miskin respek? Gelagat terdapatnya kekesalan dan kekecewaan para karyawan seharusnya bisa dirasakan, diidentifikasi, dan kemudian dilakukan evaluasi diri oleh manajer. Setelah itu baru dicari jalan keluar bagaimana cara memberi respek kepada karyawannya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan manajer dalam memberi respek pada karyawan adalah

* Pertama; secara prinsip manajer harus menyadari bahwa tiap karyawan memiliki kebutuhan untuk dihargai baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok kerja tanpa pilih kasih; ini penting agar di dalam kempok terjadi kekompakan kerja.
* Kedua, tidak ragu menegur karyawan dengan segera kalau ada yang salah atau lalai dalam bekerja. Namun dengan memberi tahu letak kesalahannya dan meminta agar mereka tidak melakukan hal yang sama. Selain itu dihindari adanya contrast effect pada manajer atau menjadikan stigma buruk pada karyawan selamanya.
* Ketiga, jangan segan memberi pujian baik dalam bentuk ucapan dan bahasa tubuh secara tulus, maupun pemberian piagam keteladanan kinerja.
* Keempat, pemberian tambahan otonomi berupa pendelegasian wewenang, khususnya bagi mereka yang memiliki ketrampilan, kepemimpinan, daya inisiatif dan kreatifitas yang tinggi. Termasuk melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan di tingkat unit kerjanya. Hal ini penting dalam rangka menumbuhkan kepercayaan sekaligus respek kepada karyawan.
* Kelima, menjadikan karyawan sebagai mitra kerja sesungguhnya. Manajer jangan segan sekali-sekali untuk mendampingi mereka ketika bekerja tanpa harus memberi kesan sedang memata-matai mereka.
* Keenam, memberi kejutan berupa ajakan untuk makan bersama, piknik keluarga, dan datang bertandang ke rumah karyawan, khususnya ketika karyawan atau keluarganya sedang sakit atau mengadakan perayaan keluarga.

Respek yang diberikan manajer kepada karyawan secara tulus merupakan ciri kepribadian seorang pemimpin yang baik. Karyawan selalu dipandang dari sisi manusiawi yang memiliki keunikan (emosi, logika, intuisi, dan kepribadian aktif) yang berbeda dengan faktor produksi lainnya. Karena itu manajer perlu dekat dengan para karyawannya. Tidak sekedar sebagai orang yang memiliki otoritas yang lebih tinggi tetapi juga sebagai mitra kerja. Disamping dalam hal personaliti karyawannya, kerjasama yang erat dengan karyawan adalah bentuk utama dari suatu respek. Kemitraan kerja merupakan indikasi kuat bahwa antara manajer dan karyawan telah terdapat respek yang timbal balik. Artinya respek tidak mengenal strata sosial. Tidak ada yang dilebihkan dan tidak ada pula yang dikurangkan. Yang ada tentang respek adalah kesetaraan. Respek manajer pada karyawan maka dengan sendirinya karyawan pun akan respek ke manajernya.

Tulisan asli dari artikel ini dan berbagai bahasan lainnya tentang manajemen sumberdaya manusia dapat juga diakses melalui: RESPEK MANAJER KEPADA KARYAWAN

Kontributor:
Prof. Dr. Ir. H. Sjafri Mangkuprawira seorang blogger yang produktif, beliau adalah Guru Besar di Institut Pertanian Bogor yang mengasuh berbagai mata kuliah di tingkat S1 sampai S3 untuk mata kuliah, di antaranya: MSDM Strategik, Ekonomi Sumberdaya Manusia, Teori Organisasi Lanjutan, Perencanaan SDM, Manajemen Kinerja, Manajemen Pelatihan, Manajemen Program Komunikasi. MSDM Internasional, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan,

Beliau adalah salah seorang pemrakarsa berdirinya Program Doctor bidang Bisnis dan dan saat ini masih aktif berbagi ilmu di Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (MB-IPB).
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang diri dan pemikiran-pemikiran beliau, silakan kunjungi Blog beliau di Rona Wajah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Tugas Sekretaris

Tugas seorang sekretaris dapat dikelompokkan ke dalam 8 macam yakni sbb : 1.Tugas–tugas rutin , yaitu tugas-tugas yang harus dikerjakan setiap hari tanpa memerlukan perintah khusus, perhatian khusus atau pengawasan khusus. Misalnya tugas membuka surat, menerima tamu, menyimpan surat/arsip, menerima telepon, menyusun dan membuat jadwal pimpinan. 2.Tugas-tugas khusus , yaitu tugas-tugas yang diperintahkan oleh pimpinan dengan penyelesaian secara khusus dengan dimintai pendapatnya, pertimbangan dan pengalamannya. Tugas tersebut diberikan karena adanya unsur kepercayaan bahwa sekretaris mampu menyimpan kerahasiaan tugas. Misalnya mengonsep surat perjanjian antara perusahaan dengan rekanan, menyusun surat-surat rahasia, menyusun acara pertemuan bisnis, pembelian kado/cinderamata, mengurus perjalanan bisnis /dinas pimpinan dan sebagainya. 3.Tugas-tugas istimewa , yaitu tugas-tugas yang menyangkut keperluan pimpinan antara lain: Merapihkan letak alat-alat tulis pimpinan be...

Daftar Spa Di Jakarta

Anggrek Spa, ITC Building, Jl. RS Fatmawati 39, South Jakarta, Tel.: (62)(21) 7279 0034. Bliss Spa, Komplex Daan Mogot Baru, Block 1A/12-A, West Jakarta, Tel.: (62)(21) 545 7891 Bloomday Spa, Jl Proklamasi 91, Central Jakarta, Tel.: (62)(21) 390 0945. Casanova Spa, Jl. Angkasa 1, Kemayoran, Tel.: (62)(21) 625 5555. Cemara Spa, Jl. Kemang Raya 1 Oktroi Plaza LL8, South Jakarta, Tel.: (62)(21) 719 7618. Citra Sauna and Spa, Jl. Wijaya II, Wijaya Grha Puri, Block F/48, South Jakarta, Tel.: (62)(21) 725 1717. Delta Spa, Jl Gn Sahari Raya 2 Ruko Marinatama Bl F/21-23, Jakarta 14420, Tel.: (62)(21) 640 4255. Divas Day Spa, Jl. RS Fatmawati 7, South Jakarta, Tel.: (62)(21) 751 4580. Executive Spa, Taman Surya Block J-2/6, 6A, 6B, 7, North , Jakarta, Tel.: (62)(21) 540 6617. Fortune Spa, Jl KH Mas Mansyur 13, Jakarta 10220, Tel.: (62)(21) 572 2151. Galaxi Spa, Jl RS Fatmawati 15 Golden Plaza, Block H3-8, Tel.: (62)(21) 7591 4687. Gaya Spa, Jl Wolter Mongonsidi 2...

MEMELIHARA KEHARMONISAN KERJASAMA

Pada dasarnya individu sebagai mahluk sosial tidak berdaya tanpa adanya hubungan sosial dengan lingkungan. Tidak mungkin dalam kehidupan sosial terjadi perilaku independen; dalam pengertian mampu bekerja sendiri. Apalagi dalam suatu tim kerja. Disitu pasti ada interaksi sosial. Terdapat interdependensi atau saling bergantung untuk mencapai tujuan bersama. Namun dalam prakteknya yang seharusnya terjadi interaksi positif malah interaksi negatif. Konflik individu,sebagai embryio, bisa melebar menjadi konflik antarpelaku subsistem. Lalu dimana dan bagaimana peran manajer melihat kejadian seperti ini? Manajer seharusnya memantau setiap kejadian yang cenderung bakal mengarah pada konflik. Karena itu setiap ada indikasi maka secepat itu pula manajer harus bertindak mengatasinya. Sekali suatu situasi konflik ada indikasi meluas maka akan sangat terlambat dan semakin sulit untuk mengatasi konflik. Tidak mudah untuk melakukan pemulihan seperti sediakala, paling tidak dalam hal bentuk ke...